Fasilitas
dapur tiap hostel tidak sama, tapi rata rata menyediakan kompor dan peralatan masak cukup komplit. Kadang ada
juga microwave, coffee maker, water boiler, kulkas besar untuk tamu2 yang mau
pakai untuk menyimpan bahan2 makanan, sayur , buah, susu , semua dinamai.
Semua peralatan
boleh dipakai, asal sesudahnya dicuci dan dikembalikan ketempat asalnya.
Perlengkapan lain seperti sabun cuci piring, tapas, sikat , sarung tangan karet
dan lap lap juga selalu ada.
Kalau
ada yang menyediakan dish washer, kita hanya perlu membersihkan piring panci
sendok dari sisa sisa makanan, lalu
susun di mesin, kalau sudah penuh, siapa
saja yang terakhir harus menyalakan mesinnya. Pihak pengurus hostel menuliskan
aturan aturannya di tempat tempat yang mudah terlihat. Selebihnya tamu tamu
yang melakukan dengan kesadaran tinggi.
Makin
besar kapasitas hostel, dapur yang disediakan juga makin besar. Hostel
Queenstown New Zealand menyediakan 4 set kompor @ 4 tungku, 2 sink cuci piring
@ 2 lubang besar besar dan ruang makan yang mampu menampung 100 orang
sekaligus.
Jadi
terbayang waktu jam makan malam, ramainya luar biasa. Ada yang masak spaghetti,
casserole, cream soup, saya masak mie instan bawaan dari Indo ,rebus kentang
dan telur yang saya beli dipertanian waktu bus berhenti disalah satu desa
diperjalanan dari Christchurch ke Queenstown. Saya heran kenapa bumbu mi instan
kalau dimasak dinegara dingin jadi tawar ya? Sejak itu saya selalu bawa garam
halus kalau traveling, kadang dapur hostel tidak menyediakan garam.
Sekali
waktu saya pernah buat salad pakai bumbu gado gado instan bawa dari Jakarta.
Cuma daun slada , tomat segar dan telur + kentang rebus. Orang Spain yang duduk
dekat saya penasaran , pengen tau rasanya…jadi lah tukar2 icip makanan. Lalu
ada turis Amrik yang pernah ke Indo, nimbrung juga minta bagian…dia pernah
makan gado gado di Jakarta. Perkenalan spontan sering terjadi diseputar ruang
makan hostel. Itu senangnya..bisa tukar2 pengalaman, bisa share obyek2 tontonan
disekitar situ, bisa janjian bareng
pergi kesuatu tempat besoknya…pokoknya seru..
Ada
juga hostel yang dapurnya luar biasa komersil, sepertinya di Innsbruck,
Austria.. lupa lupa ingat. Aliran listrik ke kompor diputus dengan tombol yang
baru bisa aktif kalau kita memasukkan sejumlah koin yang tertera di coin box
otomatis didekatnya. Itupun pakai timer, hanya 3 menit rasanya. Pas saya
kedapur, ada turis lain yang sedang ngomel2 karena dia sudah memasukka coin 4x sementara
pastanya belum matang..Langsung saya batalkan menu masak pasta, ganti mi instan.
Biar hemat, saya masak air di water boiler (yang ini aliran listriknya tidak
diputus), lalu saya tuang air mendidih dari boiler ke panci paling tipis yang
sudah saya guyur di kran air panas. Baru saya masak diatas kompor.
No comments:
Post a Comment