Tuesday, December 16, 2008

Toiletteries Hotel


Adalah suatu kebiasaan saya mengambil jatah sabun dan shampoo hotel dengan nama hotel tercetak dikemasannya,untuk saya simpan satu set komplit dan dibawa pulang. Sabun dan shampoonya biasa biasa saja,tapi bentuk kemasannya unik2 dan labelnya bagus bagus. Jadi saya selalu membawa sabun dan shampoo untuk dipakai dalam perjalanan, bahkan kalau harus share kamar dengan orang lain sayapun rela mereka memakai sabun dan shampoo yang saya bawa supaya jatah toileterries hotel bisa saya ambil. Pernah saya harus berbagi kamar dengan teman yang juga suka dengan barang2 tersebut, jadi satu set jatah hari ini masuk koper teman - jatah hari esoknya bagian saya. Kalau hanya semalam dan harus berbagi sabun hotel,saya keliling cari kereta house keeping dan minta lagi satu set sama room maid.
Toileterries itu kemudian jadi koleksi yang menarik setelah sampai rumah saya susun dalam rak kaca . Saya lakukan itu sampai sekarang.
Semakin mahal tarif hotel, semakin komplit toileterries yang disediakan sampai body lotion,conditioner,deterjen bubuk,sikat gigi, sewing kit, sisir ,pisau cukur. Tapi sungguh saya tidak pernah membawa pulang handuk dan asbak hotel. Beda dengan hotel2 sederhana, sabunnya bahkan kemasan langsung produk tanpa label hotel,jelas tidak saya angkut pulang. Belakangan ini hotel2 banyak yang menyediakan sabun cair dalam dispenser yang dilekatkan di dinding,sehingga tidak ada yang bisa dibawa pulang.

Chain hotel biasanya punya design toiletteries yang seragam disemua negara, kadang2 hanya pada labelnya tercantum nama kota. Kalau tidak ada nama kotanya..saya tidak berminat,kecuali mereka mengeluarkan design baru.

Botol & kemasan sabun unik saya dapatkan waktu menginap di hotel berlokasi pada suatu bekas area pertambangan di Malaysia. Bagian luarnya dilapisi bahan prop tipis sehingga botolnya tampak seperti gabus bahan penyumbat botol jaman dulu. Kotak sabun tangannya dibuat dari corrugated box yang cantik disainnya.
Ada shower soap berbentuk seperti bola golf dengan tali penggantung yang saya dapat waktu menginap disebuah hotel di Madrid.
Satu satunya jenis botol sabun & shampoo yang warna tutupnya luntur kebadan botol sewaktu sampai dirumah adalah dari hotel2 di Guangzhou,Shenzen,Guilin dalam rangkaian satu perjalanan sekian puluh tahun yang lalu, tapi tidak saya buang buat kenang kenangan.
Pernah dapat juga sabun cair yang dikemas dalam guci keramik bakar, dengan tali rami dileher gucinya. Itu dapatnya dari sebuah hotel di Bandung. Koleksi dari Las Vegas bagus bagus dan mewah,ada yang dari kaca ,sayang pecah diperjalanan.
Mode rata rata label sabun hotel di Australia tahun 90 an agak lain dari biasanya. Nama hotelnya cuma kecil saja tercetak dibawah,sementara sebagian besar bidangnya dihias lukisan bunga natural maupun kontemporer, motif motif abstrak atau gambar grafis pop art yang menarik.
Pada satu kesempatan saya menginap disebuah hotel kecil di Amsterdam yang kebetulan berulang tahun ke 50, mereka spesial mengemas sabun dan shampoonya dalam wadah keramik biru putih,bahkan ada nampan kecilnya dari keramik juga. Saya sampai bilang dulu ke manajernya minta untuk diperbolehkan membawa keramik itu. Manajernya malah senang sekali dan kemudian saya diberi sekotak coklat yang diletakkan diantara jerami didalam peti kayu kecil. Peti kayunya bergambar bunga bunga tulip aneka warna, diikat dengan pita merah putih biru ,dan ada kartu 50th Anniversary of........ lupa nama hotelnya ,lengkap dengan tandatangan manajer hotel. Coklatnya saya makan, peti kayunya saya pakai untuk menaruh dua botol keramik dan nampan porselin tadi, jeraminya saya pakai buat ganjal supaya tidak pecah. Kemudian saya masukkan dalam backpack. Keesokan harinya saya bangun terlambat dan harus terburu buru check out untuk mengejar kereta api ke Paris, sedangkan saya butuh waktu untuk mengambil koper yang saya simpan di locker setasiun ,memang sedikit panik. Rupanya kotak kayu saya tertinggal di counter hotel atau barangkali di counter ticket kereta api, sebab saya bahkan tidak sempat memasukkan souvenier cantik itu kedalam koper. Mestinya sekarang hotel itu sudah berulang tahun ke 60 atau lebih.

Di Youth Hostel, tidak pernah disediakan sabun, malahan isi botol sabun saya berkurang kalau ketinggalan dikamar mandi.
Maklum kamar mandi satu dipakai banyak orang dimana tamunya rata2 backpackers yang jarang mandi dan mungkin juga mereka pakai karena mengira sabun hostel. Paling kalau kepergok nyengir sambil bilang thanks... hitung2 amal.
Selain pernah pecah, saya juga mengalami isi botol yang tumpah dikoper karena tutupnya longgar,sehingga saya harus mencuci barang2 yang terkena tumpahan. Sejak itu tiap perjalanan saya selalu membawa lakban untuk direkatkan bagian leher botol ,lalu masuk kedalam kantong plastik.

Seputar Kamar Mandi Hotel

Setiap masuk kamar hotel, yang pertama kali saya tengok adalah kamar mandi dan lemari gantungnya, untuk memeriksa apakah ada orang didalamnya. Kemudian periksa keran wastafel, handuk , kunci jendela , rantai pengaman pintu. Walaupun sudah periksa sana sini, selalu ada saja kejadian diluar perkiraan yang kadang memerlukan akal untuk mengatasinya, pada umumnya terjadi bila tinggal dihotel bintang tiga kebawah khususnya menyangkut perkara kamar mandi. Ya kadang jengkel, tetapi ada serunya juga ,yang penting diupayakan nyaman walau budget minim.
Biar bukan hotel mewah,saya selalu memilih kamar yang ada bath tub dan air panas. Ini penting buat jaga stamina. Selelah apapun sehabis keluyuran jalan jalan seharian , setelah tiba di hotel saya pasti menyempatkan diri berendam diair panas. Jurus paling tepat ,mudah dan relax untuk mengendurkan otot2 terutama bagian kaki .Cukup berendam setengah jam, badan kembali segar dan kaki siap untuk jalan2 besoknya. Tapi pernah juga terjadi saat air bak sudah cukup penuh, saya siap berendam ternyata airnya dingin, padahal awal mengisi sudah saya stel suhu airnya. Rupanya supply air panas tidak sebanding dengan pemakaian serentak secara bersamaan, sebab waktu pulang ke hotel ada rombongan tamu yang baru check in,padahal waktu itu sudah malam. Terpaksa batal ,dan tengah malamnya saya khusus bangun untuk berendam daripada besoknya kaki mogok jalan.
Oya, beberapa tahun belakangan ini saya sering mendapatkan bath tub hotel tanpa sumbat. Mungkin disengaja supaya tamu tidak bisa berendam dan hotel bisa menghemat air. Tapi saya tidak kurang akal, saya buat sumbat dari tutup botol air mineral, dililit lilit tissue sampai kira2 sama besar dengan lubang drain,lalu dibungkus plastik dan diikat dengan karet ... jadilah sebuah sumbat dan saya bisa berendam dengan nyaman. Tidak lupa sumbat itu saya simpan untuk hotel berikutnya siapa tahu ketemu bath tub tanpa sumbat lagi. diakhir perjalanan baru saya buang.

Sehubungan dengan bath tub , saya mencatat 2x kamar kebanjiran gara2 saluran mampet. Yang pertama waktu di Bangkok. hotelnya cukup mewah..lantai kamar dan kamar mandinya terbuat dari marmer. Sambil menunggu air bak penuh, saya tidur2an di ranjang, tahu2 ketiduran . Saat terbangun saya kaget waktu menginjak lantai kamar yang basah. Wah.. pasti airnya luber. Saya heran, bagaimana bisa banjir sampai kekamar tidur. Kemudian baru ketahuan bahwa lantai kamar mandi marmer mewah yang sudah berubah jadi kolam itu ternyata tidak punya floor drain !!!! Kebetulan pula drain pada bagian atas bath tub mampet, jadi airnya meluap keluar bak. Untuk mengeringkan lantai kamar mandi saya harus menyendoki air dengan tempat sampah, baru dipel dengan handuk. Lantai kamar tidur hanya perlu dipel. Apa jadinya kalau saya tertidur sampai pagi....Kejadian itu sudah lama berselang.
Baru baru ini terjadi lagi kamar kebanjiran waktu bermalam di Cairo. Kasusnya sedikit beda. Saya baru saja selesai berendam, dan mulai menyalakan shower sambil mencabut plug buatan sendiri. Air mulai turun dari permukaan bak, tapi ada bunyi aneh blep blep blep...saya buka tirai shower,terlihatlah lantai kamar mandi tergenang air dan sudah mulai mengalir ke kamar tidur. Saya keluar dari bath tub untuk membuka floor drain dikolong wastafel. Disitu mampet sehingga air tidak bisa mengalir turun dan menghasilkan bunyi bunyian tadi, sambil terus menyemburkan air yang berasal dari bath tub,jadi saya loncat lagi ke dalam bak untuk memasang sumbatnya. Aduh....kebanjiran lagi....Kali ini saya memanggil housekeeping untuk membersihkan lantai kamar dan membetulkan saluran mampet ,, terpaksalah keluar tips.
Mudah mudahan tidak terjadi kebanjiran untuk ketiga kalinya.

Ukuran bath tub hotel di Amerika kebanyakan besar besar dan dalam, lengkap ada plug nya. Paling enak ,bisa terendam sampai leher..

Sejuta bintang


Petualangan saya kali ini membawa kenangan indah tentang tidur dibawah sejuta bintang .
Tempatnya jauh di sebelah selatan Jordan, tepatnya di Wadi Rum kira kira 300 km dari Petra.
Saya menemukan tempat ini dari website, dan rasa ingin tahu saya akhirnya terjawab setelah tiba disana.
Wadi Rum adalah sebuah gurun yang indah , diperkaya dengan formasi batu batu cadas merah yang tersebar ditengah dataran gurun pasir. Saya tiba ditempat ini sekitar pukul 4 sore, udara masih agak hangat. Jalan menuju ke camp site terbuat dari aspal dengan pemandangan kanan dan kiri jalan adalah gurun pasir . Sesekali terlihat bukit batu dengan berbagai bentuk yang aneh aneh. Kadang seperti bersisik, ada yang seperti dipahat menyerupai candi dan berwarna coklat kemerah merahan ditimpa sinar matahari sore. Di sekitar Wadi Rum ini tercatat banyak sekali Camp site yang sengaja dibuat sebagai atraksi turis, dengan inspirasi kehidupan suku Bedouin yang masih ada di negara negara Arab.
Masyarakat Bedouin ini adalah mereka yang tidak memiliki tempat tinggal tetap. Mereka berkelompok dan berpindah pindah tempat dari satu gurun ke gurun yang lain. Dimana mereka menemukan lahan yang memungkinkan ternak mendapat makan, disitu mereka berdiam untuk waktu yang tidak tertentu. Mereka bukanlah kaum yang tidak memiliki harta, mereka mempunyai domba, bahkan onta yang merupakan simbol kebanggaan bagi masyarakat Arab pada umumnya untuk mengukur seberapa kaya seseorang melalui jumlah onta yang dimiliki, juga bersosialisasi dengan penduduk setempat. Setiap kelompok bahkan memiliki truk untuk mengangkut keperluan hidup mereka sehari hari seperti sayuran dan terutama air, dari desa terdekat. Anak anak juga mendapatkan pendidikan melalui sekolah sekolah terdekat dengan tempat mereka berdiam.
Mereka tidak membangun rumah, tetapi mendirikan tenda tenda menurut keperluan kelompoknya. Tenda tenda Bedouin ini banyak terlihat di sepanjang perjalanan di sekitar Jordan.

Jalan beraspal hanya sampai ke mulut gurun, dan untuk mencapai camp sites yang tersebar digurun harus melalui gurun tanpa tanda apa apa. Bisa dengan kendaraan,naik onta atau jalan kaki. Patokannya berdasarkan bukit bukit batu disana.
Setiap camp site yang ada disana pasti berlindung dibalik bukit batu,mungkin supaya tidak terbawa angin.
Waktu itu saya tinggal di Al Nakheel Camp. Host nya masih muda muda, ada yang asli Bedouin, cooknya dari Egypt, mereka semua ramah sekali membuat saya betah disana. Karena nama saya sulit diingat oleh orang sana, maka saya diberi nama Amar yang artinya bulan..wah... dan sejak itu mereka selalu ingat.


Sore yang sejuk, tenang dan indah, saya pergunakan untuk jalan2 disekitar campsite. Didalam campsite itu ada macam2 tenda yang bisa kita sewa, ada yang untuk 2 orang, ada yang seperti tenda peleton untuk rombongan, ada juga berbentuk gubug kerucut beratap rumbia. Bahkan ada suite room.. pakai tempat tidur dan ada TV tapi tetap atapnya ya terpal.
Disamping itu ada juga tenda besar dining room yang hanya biasa dipakai untuk musim dingin. Ada gubug mini bar,ada gubug BBQ. Ada tenda lounge--dengan tempat duduk memanjang dari ujung ke ujung ditutup dengan tenun motif khas Bedouin warna merah menyala dengan garis dekoratif berwarna hitam. Tenda ini hanya beratap dan bertutup terpal sepanjang bagian belakang tempat duduk tadi. selebihnya terbuka . Pada akhirnya saya tertidur di bangku itu, dan banyak juga yang tertidur disana.
Bagian yang berdinding bata hanya bangunan toilet. Lengkap dengan shower air panas / dingin dan closet modern. Dibelakangnya adalah bangunan dapur,dan ruang generator. Air untuk keperluan camp harus didatangkan tiap hari menggunakan mobil2 tangki,dan mereka simpan di reservoir diatap bangunan toilet. Tidak perlu hot water karena airnya sudah hangat terjemur panas matahari seharian. Ada genset untuk listrik penerangan disana.


Sunset menjadi saat yang indah sekali..dimana dataran yang tidak berbatas itu berwarna merah menyala sesaat matahari menghilang di horizon. Saya kembali ke campsite setelah hari mulai gelap,sesekali masih terlihat rombongan yang melintas dengan onta.
Sesampainya saya di campsite, lampu2 sudah dinyalakan, dan BBQ mulai dipersiapkan. Menunya ada daging,ayam yang dibakar, dan tidak ketinggalan hidangan wajib: homos dan pita bread . Homos ini selalu ada dalam setiap menu baik breakfast,lunch maupun dinner. terbuat dari jenis kacang2an yang digiling halus, lalu dibuat seperti bubur bayi ,diberi lemon dan olive oil diatasnya. Nasi juga ada, tapi selalu berbumbu , tidak ada nasi putih. Bumbu nasinya juga bermacam macam, ada yang hanya polos gurih seperti nasi uduk, ada juga dengan rempah2 dan dicampur kacang polong, kacang panjang dan macam2 daun2an.Kebetulan saat itu bukan musim liburan, jadi tamu yang datang tidak banyak. Tetapi justru saya bisa bisa makan santai dan ngobrol dengan host campsite sepuasnya. Ada tamu dari Perancis yang juga bergabung ngobrol.
Setelah selesai acara makan malam disajikan turkish cofee. Bubuk kopi bukan diseduh seperti biasanya kebiasaan di Indo, tapi direbus dalam wadah kecil sebesar cangkir dan bergagang panjang . Lalu dituang ke gelas kecil. Rasanya pahit dan jauh lebih enak dan harum kopi tubruk bawaan sendiri. Saya selalu membawa kopi bubuk dan gula pasir termasuk spiral pemanas air dari Indo kemanapun pergi.

Jam 10 malam genset dimatikan, lalu berganti dengan obor obor kecil untuk penerangan. Wah....luar biasa romantisnya.
Kemudian api unggun dipelataran tengah dinyalakan, sementara itu udara menjadi semakin dingin. Lalu kami duduk disekeliling unggun, dan host memainkan tabla yaitu alat musik seperti gendang kecil sambil menyanyikan lagu2 berbahasa arab dengan african beat..seru. Tabla ini dipangku dan dipukul pukul dengan irama cepat..lalu berhenti berganti ganti, saat pukulan berhenti,yang terdengar adalah echo pukulan yang terpantul pada bukit batu dibelakang camp site... unik sekali.
Malam semakin larut dan api mulai mengecil, beberapa orang mulai masuk ke tenda untuk istirahat, dan tabla sudah berhenti. Saat mulai sepi saya masih duduk di tepi unggun,dan menengadah menatap langit yang cerah tak berawan.
Disaat itu saya terpukau luar biasa... berjuta juta bintang diatas sana, bertaburan dengan jarak yang sangat rapat, dan tidak pernah saya saksikan dimanapun. Bahkan ketika api unggun padam, jumlah obor mulai dikurangi, sekeliling saya masih terang benderang oleh cahaya bintang2 itu. Persis seperti pemandangan luar angkasa di film2.
Segera saya ke tenda lounge dan mengambil bantal2 sofa dan selimut yang ada disana, saya gelar di tepi unggun dan merebahkan diri disitu. Sambil terlentang saya menikmati indahnya taburan bintang dilangit. Saya menikmati pemandangan ini berjam jam lamanya, sambil mensyukuri kebesaran Tuhan. Suasana hening sekali, tidak ada desiran angin, tidak ada suara2 serangga maupun binatang2 lain. Sesekali terdengar sayup sayup tabuhan tabla dari campsite lain, lalu hening kembali. Sayang rasanya kalau keindahan itu saya sia siakan. Lalu saya pindah ke bangku panjang di tenda lounge karena takut masuk angin,tetapi masih bisa melihat langit dan bintang2 . Rupa rupanya bukan saya sendiri yang akhirnya tertidur di bangku lounge itu..nyaman, hangat dan tidak ada nyamuk..

Begitu pula waktu terbangun saat matahari mulai terbit, remang2 kemudian perlahan2 menjadi terang..saya nikmati sambil berbaring di bangku ooo..luar biasa indah.
Kemudian tak sabar saya mendaki bukit dibelakang campsite untuk mendapatkan pemandangan yang lebih lepas kearah gurun pasir.... Wadi Rum, saya ingin kembali kesana...



Ramadhan di Amman

Pertama kali menginjakkan kaki di Bandara Queen Alila Amman,sudah terasa nuansa Ramadhan yang sangat kental.

Sama seperti di bandara Abu Dhabi tempat transit 4 jam sebelumnya, di sudut2 arrival area terhias dengan tenda2 Bedouin yang cantik, lengkap dengan sofa2 tertutup kain tenun tradisional suku Bedouin dengan motif garis2 merah cerah . Ada juga yang ditata dengan rug motif khas timur tengah, dimana orang dapat menikmati kopi dan duduk2 disana.

Disitu disediakan makanan2 kecil yang semuanya serba manis, yang dapat dinikmati oleh semua orang yang lalu lalang ditempat itu. Makanan dan minuman yang ada disitu tersedia dari jam buka puasa setempat sampai dengan waktu sahur.

Dan yang lebih menggembirakan adalah semuanya gratis..Sayang perut saya sudah penuh dengan sajian di pesawat, karena secara kebetulan saya beruntung di upgrade ke business class, jadi penerbangan selama 3 jam dari Abu Dhabi ke Amman terasa singkat karena makanan dan minuman yang terus menerus ditawarkan.

Tetapi suasana bandara yang sangat ceria itu membuat mata saya terpuaskan,walaupun saat itu adalah pagi buta, sekitar pk 3.00 pagi waktu setempat. Dan yang mengherankan pada jam2 itu aktivitas bandara masih tinggi dengan terlihatnya banyak penumpang yang akan berangkat atau baru tiba. Saya jadi teringat akan keterangan petugas counter ticket di Jakarta,waktu saya mencari alternatif jam penerbangan yang tiba di Amman lebih siang. Ternyata hampir semua bandara internasional negara2 di Timur tengah justru memanfaatkan waktu2 pagi buta yang sangat strategis untuk transit dari negara2 Asia ke Eropa maupun sebaliknya, supaya tiba ditempat tujuan pada jam2 normal.

Saya lewatkan kesempatan duduk2 di tenda cantik itu karena saya sangat merindukan tempat tidur hotel setelah perjalanan panjang dari Jakarta delapan belas jam lamanya termasuk transit di Abu Dhabi.

Pagi selanjutnya saya memutuskan untuk jalan2 di downtown Amman . Udaranya sejuk,sehingga saya dapat hilir mudik jalan kaki di downtown dengan nyaman. Pertama yang dapat dilihat adalah banyaknya jenis tanaman palm dimana mana. di jalan,ditaman,dihalaman rumah. Kemudian saya masuk area gold souk ( gold market ) dimana suasananya lengang. Karena Ramadhan, saya harus sembunyi2 kalau ingin minum dari botol air yang selalu ada di ransel . Begitu juga kalau ingin merokok, cari pojokan yang sepi . Yang membingungkan adalah waktu saya lapar tengah hari, saat itu saya ada didalam mall Mecca, mall terbesar di Amman . Semua resto di lantai food court tutup, baik itu resto lokal maupun yang internasional , termasuk Mc Donal , Starbucks juga kedai2 gelatto . Kursi2nya semua di letakkan terbalik diatas meja. Wah...ini tidak saya perhitungkan sebelumnya. Lalu saya lihat di floor yang sepi itu ada sekelompok anak2 dengan seragam sekolah yang duduk dan makan disitu. Rupanya mereka membawa bekal dari rumah. Jadi saya meniru dengan menurunkan salah satu kursi resto, lalu makan sandwich bawaan dari pesawat yang ada diransel. Untung saya lupa mengeluarkannya dari ransel waktu tiba di hotel, untung juga makanan itu masih baik,walaupun bentuknya sudah agak gepeng.

Ada pengalaman baru sehubungan dengan Ramadhan dinegara ini. Mayoritas penduduk adalah Islam, menjadikan saya ingin lebih tahu apa lagi yang lain dengan kebiasaan dinegara sendiri. Menjelang buka puasa saya mendengar pengumuman bahwa mall akan tutup dari jam 6.00 sore dan akan buka lagi jam 8.00 malam sampai subuh. Itu yang biasa mereka lakukan hampir disemua mall sepanjang Ramadhan. Jadi saya keluar mall untuk melihat suasana berbuka puasa diluar sana, sebelum pulang ke hotel. Amanlah dinner saya ,karena dekat hotel saya ingat ada toko roti yang tadi pagi saya lihat buka .

Saya tiba di toko roti yang harumnya sudah tercium dari jarak jauh ,sebelum waktu buka puasa.Dari luar terlihat sepi,tetapi begitu masuk toko yang luasnya kira2 100m2 penuh sesak dengan orang2 yang berbelanja, 90% adalah pria. Jenis roti ada puluhan macam,disusun penuh diatas rak2 tinggi seperti supermarket. Diujung belakang terlihat langsung oven2 yang masih terus menerus memanggang roti,sehingga udara didalam terasa hangat .Terlihat paling laku adalah pita bread berbentuk bundar tipis, ukurannya luar biasa berdiameter 40cm. Itu jenis roti wajib untuk makan dengan lauk apapun. Caranya belinya lipat sehingga berbentuk 1/4 lingkaran lalu dimasukkan dalam kantong plastik kresek dan bayar di kasir. Yang mengherankan saya, seorang rata2 membeli minimal 20 lembar pita bread, nah yang makan berapa orang ?

Saya tergolong dalam 10% pembeli yang berdesak desakan diantara pria yang besar2 disitu.

Disudut lain ada meja panjang yang berisi loyang2 bulat dan tipis,diameternya sekitar 60cm. Masing2 loyang berisi jenis penganan basah yang berbeda, tapi semuanya tercetak full sebesar loyangnya. Cara belinya dengan minta sebesar apa yang kita inginkan, dipotong lalu ditimbang. Mau campur berapa macam juga boleh,saya memilih 3 macam.Satu jenis yang seperti martabak manis,satu dengan lapisan paling bawah ada adonan pie,dan satu lagi berlapis lapis seperti croisant. Dihotel baru saya tahu, tiga macam itu rasanya muanis dan sangat muanis.

Saya masih membeli semacam gorengan bentuknya lebih besar sedikit dari biji salak, luarnya dilapis dengan gula cair mengkilat. Namanya entah apa saya lupa, waktu digigit luarnya renyah dan didalamnya ada gula cair lagi yang pekat dan luar biasa manisnya.Lain hari saya selalu membawa roti dari sarapan hotel, untuk bekal makan siang dimanapun.

Pada kesempatan menjelang buka puasa dihari lain masih di Amman, saya kebetulan berada didekat Mc Donal yang menempati gedung sendiri disekitar hotel . Antrian mobil di jalur drive through sampai membuat jalan disekitar itu macet. Saya jadi ingin tahu bagaimana suasana didalam counter pembelian. Kali ini antrian di counter pembelian 100% pria besar besar semua. Tempat duduk penuh dengan wanita dan anak2 yang duduk menunggu waktu buka puasa, baik yang sudah menghadapi makanan maupun yang belum mendapatkan pesanannya. Kursi2 di teras luar kosong, jadi saya duduk disitu sambil melihat kebalik kaca menunggu antrian agak sepi. Nyatanya sampai waktu buka puasa tiba antrian bukannya makin

reda,tapi malah tambah penuh,sementara diluar udara yang tadinya sejuk tiba tiba berubah jadi dingin sekali,dan membuat saya lapar seketika.

Terpaksa saya masuk juga kedalam antrian,dan menjadi satu satunya wanita yang nekat ikut antri. Total makan waktu 2 jam sejak duduk diteras sampai saya mendapat sepotong hamburger,french fries dan semangkuk soup. Bersamaan saat saya mulai menikmati hamburger, sebagian ruangan sudah kosong dan dibersihkan petugasnya dengan membalikkan kursi2 keatas meja.

Suatu Kamis tengah malam saya perlu mengakses internet,dan harus dilakukan cyber cafe terdekat karena hotel tidak menyediakan sarana itu. Saya lihat dari jendela kamar hotel , keadaan diluar masih ramai, jadi saya memutuskan keluar segera. Malam Jumat disana adalah weekend ,karena semua kantor dan sekolah libur pada hari Jumat, dan kebetulan saat Ramadhan semua toko2 buka sampai pagi sementara bar semua tutup. Jadi saya tidak merasa takut sama sekali bahkan ikut menjadi bagian dari keramaian tengah malam disana. Gaya anak2 muda Jordan dimalam hari adalah memarkir sedan2 mewah keluaran Eropa,dengan kap terbuka mereka duduk bercanda sambil minum Coke kalengan. Saya menikmati keceriaan mereka sambil berjalan kedinginan. Satu hal yang lupa saya sebutkan, cowo dan cewe di semua bagian Jordan ganteng2 dan cantik2, termasuk anak2 kecilnya. Kira kira kalau di Indo mereka semua bisa jadi bintang sinetron.

Saya kembali ke hotel pk 3.00 pagi, keadaan manusia yang hilir mudik di pertokoan sudah agak berkurang, tetapi mobil2 mewah yang parkir ditepi jalan tambah ramai, juga yang lewat sambil ngebut dengan rem citcitcit lebih banyak, tapi tidak ada motor diseluruh negara ini. Bunyi rem yang berdecit decit ini jadi akrab ditelinga saya selama di Amman . Karena kontur kota Amman bagian Timur dan Selatan sebagian besar adalah 'Jabal' atau bukit, maka banyak sekali jalan yang curam2 termasuk disekitar hotel tempat saya tinggal didaerah Al Swaifiyah di wilayah Selatan kota Amman. Tidak heran kalau rem mobil jadi lekas aus.

Ditengah malam saya sering terbangun karena bunyi ciiiiit braaakkkk disusul teriakan2 mungkin bertengkar,lalu sepi lagi. Maklum hotel yang saya pakai harus bintang 3 kebawah untuk menghemat biaya perjalanan, maka suara2 diluar sana terdengar jelas.

Ini hanya salah satu pengalaman Ramadhan dinegara orang, menyenangkan dan banyak kejadian unik yang berbeda dengan di negeri sendiri.