Friday, March 20, 2009

Titip Koper

Semakin tambah umur, beban koper jadi pertimbangan untuk mengatur jadwal perjalanan yang nyaman. Kenapa? Energi sudah harus lebih dihemat untuk yang lain2 daripada untuk mengangkat angkat koper.
Saya tidak ingin melakukan acara jalan jalan dengan serba minim perlengkapan.
Ingin nyaman ya harus siap segala galanya, otomatis bekal tidak bisa minim sampai sebatas travel bag atau duffel ukuran cabin, kecuali perjalanan seminggu atau 10 hari.
Bisa dibayangkan bahwa ditiap perjalanan, saya tidak ingin tampil kumal..artinya segar….artinya bawa perlengkapan make up komplit (anehnya justru waktu jalan2 saya lebih punya waktu untuk merawat muka)…artinya bawa baju2 anti kotor dan anti kusut (termasuk bubuk detergen buat cuci baju2 ringan dan pakaian dalam)…artinya perlengkapan mandi harus komplit (saya baru merasa segar kalau bisa berendam malam2 setelah selesai jalan seharian—sedangkan jatah sabun mandi atau shampoo hotel kadang2 tidak memadai..).
Saya juga ingin sehat selama perjalanan….artinya harus bawa vitamin , harus bawa obat2an ringan untuk flu, sakit perut, sakit kepala, sekarang tambah lagi obat penurun cholestrol, obat gosok analgesik , water pills.
Kenikmatan perjalanan juga penting buat saya…rokok kretek dan kopi bubuk wajib adanya. Supaya tidak repot saya juga membawa sekalian gula pasir dan spiral pemanas air serta sendok untuk membuat kopi…gelas pasti ada dikamar hotel. Untuk perkara kopi, tetap kopi tubruk paling nikmat…kopi instan adalah pilihan terakhir.
Belum lagi perlengkapan2 kecil yang kadang terpakai kadang juga tidak, tapi saya merasa harus dibawa…jas hujan, pembalut, perlengkapan jahit sederhana, gembok cadangan, wekker, obeng kacamata, lakban, tali, kantong plastik, karet gelang (tidak mudah cari karet gelang di negara orang),senter…ah banyak lagi.
Perjalanan 10 tahun yl. yang tidak termasuk dalam checklist sekarang adalah charger!!!! Kini perlengkapan itu cukup menyita tempat, charger hape, kamera, ipod ,blue tooth handsfree dan netbook (tiga yang terakhir ini tidak selalu) , tidak lupa harus bawa T steker dan travel plug (colokan listrik banyak beda2 lubangnya ditiap negara) . Flash disk juga saya bawa buat backup foto dari kamera..siapa tahu….??
Bobot koper ukuran 23 liter waktu berangkat untuk perjalanan 1 bulan bukan dimusim dingin adalah 15 kg termasuk duffel cadangan didalamnya, kondisi setengahnya kosong. Berat koper makin bertambah dan makin sesak dengan belanjaan, sampai duffel akhirnya keluar untuk diisi muatan juga!!!
Salah satu strategi saya adalah titip koper dihotel. Gratis…selama perjalanan masih dalam satu negara.
Caranya cari kota base, kemudian buat rute ketempat tempat lainnya yang kembali ke hotel tadi. Bermalamnya dipisah diawal dan diakhir perjalanan. Pasti mereka mau dititipi koper.
Duffel keluar untuk membawa kebutuhan wajib secukupnya, sedangkan oleh2, baju2 kotor ditinggal dikoper dan titip dihotel, bawaan jadi ringan.
Itupun pernah gagal, sehingga membuat saya lebih berhati hati lagi mengatur strategi. Titip koper tidak berlaku dihotel hotel bintang 3 keatas, atau chain hotel.
Malahan hotel bintang 2 , hostel yang taripnya jauh lebih murah mau terima titipan koper, padahal kadang mereka tidak punya storage khusus. Tentu saya lihat2 juga situasi hotelnya, kalau klas hotel2 kecil di tourist hub pasti aman, turis2 lain juga sering memanfaatkan cara ini. Kadang juga saya melihat titipan bertumpuk tumpuk dibelakang counter receptionist.
Pernah saya alami waktu di Dallas, akan pergi ke San Antonio 2 malam. Perhitungan saya koper boleh titip dihotel, karena saya sudah reserve untuk kembali bermalam disana. Hal yang lupa saya tanyakan adalah ada tidaknya fasilitas storage. Ternyata tidak boleh…..itu pengalaman terjadi di Amerika,di chain hotel kelas menengah. Seandainya bandara Dallas Forthworth punya fasilitas locker, saya tidak pusing…titip saja dibandara, toh saya terbang dan kembali dari San Antonio melalui DFW, walaupun harus keluar biaya…
Tidak nyaman melakukan perjalanan 2 malam harus angkut2 koper yang sudah lumayan padat isinya. Terpaksa saya titip koper pada teman yang kebetulan tinggal di Dallas. Untung ada kenalan, kalau tidak……..
Pelajaran yang berguna. Sekarang pada saat memilih hotel, penting memilih yang punya storage….sewaktu waktu saya berubah rencana , hal itu bisa dimanfaatkan.
Pilihan lain adalah titip koper di storage bandara/setasiun kereta api. Jadi begitu tiba dikota tujuan langsung taruh koper di custodian. Biasanya saya sudah menyiapkan kebutuhan seperlunya didalam duffel yang dimasukkan dalam koper. Setiba di custodian tinggal mengeluarkan duffel .

River Walk....

Saat saya ke Texas di Selatan Amerika , ada 2 hari senggang yang saya bisa manfaatkan mengunjungi San Antonio.
Terbang dari Dallas Forthword hanya 30 menit, sedangkan dengan mobil kira kira 5 jam. Jelas saya naik pesawat kesana.
San Antonio sebetulnya terkenal dengan The Alamo, benteng yang dijatuhkan Mexico - terkenal dengan pertempuran 13 hari Alamo pada waktu Revolusi Texas di tahun 1836.
Begitu indahnya kota ini ditata sehingga akhirnya menjadi atraksi yang paling menonjol di Texas.
Kota ini dirancang pada akhir 1920, dengan konsep memanfaatkan sungai rendah untuk menanggulangi luapan sungai San Antonio dengan jaringan kanal ditengah kota, digabung dengan pembangunan sarana komersial untuk mendanainya.
Kemudian rancangan ini berkembang menjadi makin luas dan akhirnya merangkaikan semua tempat2 bersejarah yang berada di pusat kota San Antonio. Paseo del Rio atau River Walk akhirnya demikian sebutan bagi jaringan kanal ini, dikedua sisinya dibuat pedestrian walk serta ditanami pohon2 bald cypress (beberapa bahkan sudah berusia ratusan tahun) yang tingginya lebih tinggi dari jalan raya yang berada satu level diatas sungai.

Bisa dibayangkan bahwa kedua tepian sungai itu sangat rimbun, hijau, teduh dan selalu sejuk karena aliran angin yang berhembus disepanjang lorong lorong sungai, sesekali perahu turis melintas. Jalur yang paling ramai dilewati turis adalah antara The Alamo sampai Center Mall, dimana disepanjang pedestrian street itu tersebar restoran, cafe dan souvenir shops. Beberapa hotel ternama juga mempunyai akses belakang yang menghadap River Walk, sementara akses utamanya menghadap ke jalan raya disatu lantai diatasnya. Untuk menyeberang dari satu sisi kesisi yang lainnya disediakan jembatan2 khusus untuk pejalan kaki, terpisah dari jembatan untuk dilintasi mobil . Jembatan2 itu posisinya tinggi, hampir sejajar dengan jalan raya, sehingga perahu dapat melintasi sungai dibawahnya. Lebih indah dari Venesia.
Bagian ujung kanal yang berada ditengah2 bangunan komersial Center Mall ditata menyatu dengan plasa terbuka , yang tiap sore dipakai untuk pertunjukan pemusik2 lokal kebanyakan membawakan lagu2 irama Latin . Disekelilingnya banyak resto2 dengan kursi2 outdoor yang berwarna warni. Waktu saya berkunjung kesana, plasa ini sudah mulai berhias diri menyambut Natal. Saking asiknya sore2 menikmati irama Latin diplasa, sampai saya lupa bahwa Mall itu tutup jam 5, sedangkan saya belum makan siang , saya baru sadar setelah lihat resto2 mulai tutup dan satu2nya yang masih buka adalah Hoots.... ....dimana seragam waitressnya hotpants dan tanktop!!!!. Jualnya menu junkfood yang hamburgernya sebesar piring makan, masih ditambah jagung rebus dan french fries setumpuk, separuhnya bisa saya bawa ke hotel untuk makan malam. Tepat kiranya motto 'Everything is big in Texas' .
Ada satu toko didalam Center Mall yang menjual memorable 'Elvis Presley' . Tokonya penuh dengan pernak pernik yang semuanya khusus untuk pecinta Elvis , mulai dari yang paling murah sampai yang asli ada disana.
Mall ini juga letaknya dekat dengan The Alamo, tinggal menyeberang jalan, atau keliling2 dulu naik kereta kuda disekitar kompleks.
Disini juga ada IMAX theater, yang memutar film diantaranya pertempuran di Alamo, tiketnya sambungan dari tiket masuk ke kompleks The Alamo.
Begitu cantiknya River Walk ini, sampai saya perlu2nya datang kesini 2x hanya untuk berjalan jalan disepanjang sungai.

Saturday, March 7, 2009

Kotak sampah ramah lingkungan



Gerakan cinta lingkungan sudah menggema dimana mana diseluruh dunia.
Pemahaman dan penerapannya bisa melalui banyak cara.
Dengan banyak mengunjungi tempat tempat dibelahan dunia lain, saya melihat dan merasakan usaha2 menanamkan cinta lingkungan melalui cara2 yang kelihatannya sederhana, tapi mendidik semua tingkatan masyarakat untuk secara tidak langsung ikut melaksanakan misi besar tadi.
Contoh sederhana yang saya menarik perhatian saya adalah kotak sampah ditempat tempat umum ,yang didisain sederhana, rapih, terdiri dari 3 atau 4 kotak berderet ,berfungsi menampung jenis2 sampah berbeda, dilengkapi dengan gamba
r simbol2 yang bisa dimengerti oleh siapapun.
Fungsi kotak2 sampah itu adalah mengarahkan orang yang akan membuang sampah untuk memasukkan kedalam kotak yang sesuai dengan jenis nya, bahkan saya yang biasa menjumpai satu kotak sampah ‘umum’, begitu melihat ada 4 kotak disana, secara otomatis langsung tergugah untuk memerhatikannya.
Biasanya simbolnya berupa gambar simbolis seperti tanda2 lalu lintas, ada symbol sampah recycle /kertas, sampah metal dengan gambar kaleng minuman, sampah plastic dengan gambar botol air mineral, dan sampah2 lain. Diatas masing2 kotak sampah kadang terdapat asbak untuk membuang puntung rokok.

Terlihat bahwa lingkungan yang memiliki tempat2 sampah seperti itu bersih.
Sangat mendidik semua lapisan masyarakat untuk membantu memilah jenis sampah, juga memudahkan petugas dinas kebersihan pada waktu melaksanakan tugasnya. Disamping itu tujuan utama menjaga kelangsungan ekologi dan kebersihan tercapai.

Hotel murah-Hotel mahal

Hobby jalan jalan membuat saya harus berhati hati memilih hotel untuk akomodasi. Dulu saya selalu memilih hotel bintang 3 keatas,selagi dollar masih rendah. Sekarang saya lebih memilih hotel bintang 3 kebawah atau youth hostel, dengan pertimbangan bisa lebih hemat ongkos. Ternyata saya pikir pikir lebih banyak pengalaman yang aneh2 bisa didapat dari tinggal dihotel hotel kelas turis.
Sekarang lebih bisa bebas memilih hotel dari website. Langsung bisa lihat gedungnya, kamar,lokasi, tarif, dan reservasi sekaligus. Pertama tama saya pilih yang tarifnya rendah, lalu cari lokasi yang di downtown atau tourist hub. Untuk kota kota yang jaringan transportasi umumnya baik,saya pilih dekat setasiun bus/kereta, supaya mudah dan murah kemana-mana.
Suatu ketika saya pernah tinggal dihotel kelas turis di Kathmandu Nepal. Kotanya sendiri termasuk kota kuno. Hotel itu kecil saja, terletak di tourist hub yang namanya Thamel, didaerah yang jalannya kecil seperti gang gang dan berliku liku. Hostel itu berselang seling letaknya dengan toko2 souvenir, agen perjalanan, café, bar juga toko2 yang menjual perlengkapan trekking kelas dunia.
Soal peralatan camping yang dijual ditoko toko itu ada barang baru,ada juga second, bekas pakai pendaki2 Himalaya yang tidak mau repot2 membawa pulang peralatan2nya. Hostel2 disana hampir semua memiliki outdoor resto dihalaman depannya walaupun kecil . Sepintas kalau lewat didepannya seperti café saja, komplit dengan payung2 pelindung. Walaupun jalannya sempit, tapi mobil,motor dan sepeda, bahkan riksha (becak dengan pengendara didepan) berebutan melewati jalan2 itu sambil membunyikan klakson tak putus putus,dan ngebut….dan sampai malam masih begitu suasananya. Semua yang berkeliaran disana adalah turis barat dan amerika, jarang terlihat turis asia kecuali saya. Menyenangkan jalan2 disekitar hotel, tapi harus sering2 loncat kedalam kios terdekat bila tiba2 ada motor lewat dengan klakson yang mengagetkan dipunggung.
Ada lagi pengalaman tinggal dipenginapan yang sangat sederhana..waktu saya keliling di Tibet.,dikota Xigatse. Kota itu terpencil ,lebih tepat disebut desa dan terletak diketinggian 3500m. Penginapan saya itu mirip seperti asrama susteran, atau mungkin bekas tangsi militer. dengan kamar2 mengelilingi lapangan terbuka ditengah tengah. Jumlah kamarnya banyak, dan masing2 kamar berisi 4 tempat tidur single diletakkan merapat kedinding. Sewanya per tempat tidur. Jadi saya harus berbagi kamar dengan 3 orang lainnya. Pintunya dari kayu papan seperti pintu kandang/gudang, tidak bisa dikunci, hanya ada grendel dari dalam, dan overval dari luar. Toilet ada diujung deretan kamar2 itu, hanya ada 2 buah satu pria satu untuk wanita, berupa ruangan besar disekat jadi 3 bagian masing2 punya closet jongkok dan keran, dengan pemisah tembok setinggi dada tanpa pintu. Pokoknya ya seperti itu kondisinya. Kalau mau mandi ya disitu, tapi kelihatannya walaupun penginapan itu penuh dengan turis semua, tidak ada seorangpun yang mandi, karena udara yang dingin sekali, disamping tidak ada air panas juga ketinggian tempat itu sudah menjadikan orang susah bergerak dan bernafas apalagi mandi. Bahkan untuk sikat gigi saja saya harus merendam odol dalam air yang saya masak digayung pakai spiral pemanas, karena odolnya beku. Karena letak wastafel berderet deret jadi satu, maka pagi2 terjadi antrian untuk memakai wastafel yang airnya seperti air es, untuk cuci muka dan sikat gigi. Sama sekali tidak ada yang mandi.
Mau tahu kamar tidurnya? Tanpa ventilasi dan penghangat ruangan. Tempat tidurnya dari kayu sederhana dengan kasur selapis ditambah selimut setebal kasur untuk masing2 orang. Selimut itu beratnya minta ampun, perasaan saya hampir seberat kasurnya ,tapi hangat dan saya bisa tidur pulas karena tipisnya oksigen diketinggian itu membuat orang gampang sekali lelah dan merasa mengantuk.
Hotel paling murah dan bagus yang pernah saya tinggali adalah di Chengdu China. Dapat dari internet, lokasinya bagus, dekat setasiun kereta api dimana saya akan tiba dikota itu pakai kereta api dari Lhasa.
Kebetulan saya dapat teman orang Canada yang kenal di kereta, dan dia saya ajak bareng berhubung dia belum booking hotel. Ternyata berbekal alamat dan nomor telpon hotel saja tidak cukup untuk petualangan di Cina. Peta lokasi yang sudah saya siapkan ketinggalan, jadi hanya berbekal reservation sheet . Untuk antisipasi kesasar, saya sudah minta bantuan petugas gerbong kereta api untuk menuliskan nama dan alamat hotel dalam aksara kanji. Entah alamatnya memang kacau, atau petugas kereta api itu salah menterjemahkan, yang jelas saya dan Rosemarie teman Kanada itu sampai merasa lelah dan jengkel karena semua orang yang ditanya hanya menggeleng. Akhirnya setelah menyeret2 koper kesana sini mengitari setasiun kereta ketemu juga hotel itu. Kamarnya luas, lantainya parket masih baru. Dinding shower areanya dari kaca tempered bulat adanya ditengah2 ruangan. Closet ada dipinggir, dibatasi dengan kaca tempered juga. Taripnya dibawah USD 50 semalam.. itu terhitung murah. Masalahnya belum selesai sampai disitu. Reception hotel shift pagi maupun malam tidak ada yang bisa berbahasa Inggris. Aduh…. Hotel murah, bagus tapi masih juga ada kurangnya.

Nepal Imigrasi

Pertama roda pesawat menyentuh landasan, terasa beruntung masih pagi waktu setempat.
Baru pk 10, padahal terbang pagi dari Bangkok makan waktu 4 jam, berhubung GMT mundur, sehingga untung waktu sejam. Berarti bisa langsung jalan2.
Gedung bandaranya sederhana,atap genting bangunan tropis,tanpa AC.
Keluar dari pesawat menuju ke gedung, penumpang harus jalan kaki,tidak ada bus atau garbarata,dan saat itu kondisi lapangan lengang.
Selain pesawat yang saya tumpangi hanya ada 1 pesawat komersial lainnya sedang parkir,dan satu helikopter UN. Aneh sekali mengingat saya baru dapat status konfirm untuk tiket ke Kathmandu hanya seminggu sebelum tanggal keberangkatan. Logikanya bandara sibuk.
Lalu mulailah penumpang memasuki prosedur imigrasi. Selain formulir arrival yang diberikan di pesawat, kami harus mengisi formulir lagi, yang disediakan di meja meja tinggi. Info yang saya dapat dari Internet mengharuskan kita menyertakan pasfoto untuk proses Visa on Arrival. Beres,saya sudah siap. Tinggal cari money changer untuk tukar mata uang lokal, buat bayar tax.
Setelah memegang uang lokal, saya kembali kedalam antrian barisan menuju counter imigrasi.
Antrian sudah begitu sesak, padahal frekwensi kedatangan pesawat tidak tinggi.Sampai setengah jam barisan hanya bergerak maju satu meter.
Sambil menunggu giliran, saya sempat ngobrol dengan sesama turis. Ian berasal dari Scotland, dia sudah mempersiapkan diri selama 3 tahun untuk mencoba mendaki Himalaya. Dia akan mendaki bersama 3 orang rekan senegaranya yang sudah tiba lebih dahulu di Kathmandu ,disertai 2 sherpa (sebutan bagi pemandu gunung di daerah Himalaya) dan 2 paramedis lokal yang akan menyertai sampai ke base camp. Maju selangkah.
Dari Ian saya tahu mengapa begitu sulit untuk mendapatkan seat ke Kathmandu. Faktor kesulitan rute untuk sektor ini ternyata sangat tinggi,sehingga hanya sedikit penerbangan yang mau melayani jalur Himalaya, padahal peminatnya dari seluruh penjuru dunia.
Tidak bisa disepelekan karena Nepal adalah pintu masuk untuk mendaki puncak2 gunung favorit di pegunungan Himalaya, termasuk diantaranya adalah Mount Everest. Bahkan Ian juga harus terbang terpisah dengan rekan2nya karena faktor ini.
Oo....pantas saya harus menunggu lama untuk kepastian sebuah tempat duduk di pesawat ke Kathmandu.
Menyenangkan mengamati pelancong yang datang ke Nepal. Rata rata adalah golongan pecinta alam, terlihat dari gaya berpakaian dan jenis bawaannya. Kebanyakan membawa ransel besar besar, dengan sepatu trekking tergantung gantung diluar, sementara yang dikenakan adalah sandal jepit. Selepas imigrasi, saya mendapatkan banyak turis membongkar bagasi kemudian merakit sepeda gunung bawaannya, dan langsung dikendarai sambil memanggul ransel..
Satu jam berlalu dan saya berhasil sampai ke batas mampu melihat kegiatan di counter.
Disana duduk 4 orang petugas, tetapi kenapa prosedurnya begitu lama,saya masih belum mengerti apa penyebabnya.
Sampai setengah jam berikutnya baru saya berhasil tiba di muka counter dan mendapat giliran pelayanan.
Hmm... 1 passport harus melewati tangan 4 petugas di counter tadi. Satu yang menerima pembayaran tax, besarnya USD 30 dan tidak menerima pembayaran dalam mata uang lokal. Seorang lagi mencatat data passport dalam buku besar, seorang menulis visa di sticker, seorang lagi menandatangani dan membubuhkan stempel tanggal kedatangan di sticker tadi. Semua dilakukan secara manual. Tidak ada komputer, pemeriksaan sidik jari atau kamera.
Total makan waktu 3 jam sejak mendarat sampai lolos dari proses imigrasi.
Dihitung hitung saya masuk keluar bandara ini 5 x , termasuk penerbangan domestik dan transit. Untung proses imigrasi keluar tidak serumit waktu masuk.
Sementara itu saya kuatir tentang nasib bagasi yang ada diluar imigrasi, bagaimana kalau dibawa orang. Dari tempat antrian terlihat kereta bagasi pesawat sudah menuju ke gedung sejak 2 jam sebelum saya lolos imigrasi. Syukur koper saya berdiri aman diluar check point.
Dengan lemas saya keluar bandara, untuk langsung check in hotel lalu pergi keluar cari makan.
Kemudian kembali ke hotel untuk mandi sebab terlalu lelah untuk jalan2 apalagi tadi pagi jam 4 sudah bangun dan berangkat tanpa mandi untuk check in jam 5 di bandara Svarnabumi Bangkok!!!


Friday, March 6, 2009

Biggest Laundry in Mumbay

Kunjungan saya ke Mumbay kali ini membawa pada laundry terbesar yang pernah saya lihat. Yang mendampingi dan menghantar saya ke tempat itu adalah tukang ojek!!
Pada suatu kawasan disebelah Selatan Mumbay, daerah tepi laut … terdapat kompleks didaerah perumahan kelas bawah,dimana jalan masuknya berupa lorong2 sempit yang berujung suatu tempat terbuka dengan pemandangan yang menakjubkan.

Sebuah lapangan dengan bak2 terbuat dari bata yang disemen, ukuran 1m x 1.5m setinggi 70 cm berjajar kurang lebih jumlahnya ada 100 buah.
Masing2 bak itu punya keran air dan saluran pembuangan.
Bak2 yang berjajar itu masing2 berisi air keruh setinggi kira2 20 cm, dimana didalamnya ada pakaian2 yang sedang dicuci dengan cara diinjak injak oleh orang yang ada didalamnya , masing2 seorang dalam 1 bak. Itu proses mencuci, tapi tidak terlihat busa sabun .
Di bak lain dalam kondisi tidak berisi air, yang sedang dilakukan orang didalamnya adalah memukul mukulkan pakaian ke tembok batu dibibir bak. Berulang ulang sehingga air bercipratan kemana mana, itu proses spin kalau di mesin cuci.Yang mengerjakan itu semuanya pria.


Tidak ada yang aneh kalau itu adalah tempat cuci umum seumpamanya,
tapi….. ternyata disana adalah tempat laundry yang dikelola oleh pemerintah !! Itu baru aneh, belum pernah dengar sebelumnya.
Tempat seperti itu ada 2 diseluruh kawasan Mumbay, keduanya dikendalikan oleh pemerintah, yang mengharuskan semua jasa laundry di Mumbay menggunakan fasilitas pemerintah .
Sarana kerja, rekrut karyawan (memberdayakan tenaga buruh dari daerah Assam /Utara India yang minus) , dan administrasi lain lainnya dijalankan dan diawasi pemerintah.
Jangan heran kalau dideretan jemuran yang ada disekeliling area bak2 cuci itu terdapat label2 hotel yang ada di Mumbay. Selimut,sprei,sarung bantal dan handuk hotel ada disana semua. Jadi….sampai hotel langsung saya pakai handuk bawaan dari rumah.
Tetapi aneh juga melihat bagaimana keruhnya air yang dipakai mencuci ,kalau melihat jemuran sprei hotel yang digantung disana putih2, juga tidak berbau yang tidak sedap.
Kalau masih belum yakin, dijalan besar diluar kompleks itu tiap pagi berderet mobil2 van dengan merk macam2 hotel parkir disana. Pastinya untuk drop dan ambil cucian.

Tollway di Israel


Menikmati tollway di Israel terutama disekitar Tel Aviv, sangat menyenangkan.
Jalannya mulus dan lebar2. Tetapi macet juga ada didekat daerah masuk kedalam kota.
Saya bertanya kepada pengemudi taxi yang saya tumpangi dari Jerusalem ke Tel Aviv, ketika menemui keadaan macet menjelang masuk ke Tel Aviv, mengapa tidak lewat jalan tol? Lalu dia berkata bahwa dari tadi yang kita lalui adalah jalan tol. Anehnya, tidak satupun gardu tol yang saya lihat saat kami lewat tadi.
Kemudian dia menjelaskan bahwa ditiap2 mulut jalan tol terdapat kamera diatas jalan raya, yang merekam semua nomor plat kendaraan yang lewat. Sempat ditunjukkan kepada saya , kamera itu berbentuk kotak logam, digantung diatas jalan raya dengan seutas kawat baja yang melintang dari kiri kekanan ditunjang oleh tiang. Disetiap persimpangan jalan tol pasti ada kamera seperti itu.
Biaya tol dibebankan pada masing2 nomor plat mobil pada tiap bulan,dan ditagih ke alamat yang tercatat sebagai pemilik kendaraan, berdasarkan jumlah pemakaian yang dicatat oleh kamera.
Jadi tidak perlu ada gardu tol, tidak perlu menyiapkan uang, tidak perlu ada ticket yang akhirnya jadi sampah disekitar gerbang tol,dan tidak perlu ada antrian kendaraan pada perpindahan dari jalan umum ke jalan tol. Praktis, serba lancar dan nyaman. Saya tidak tahu apakah seluruh jalan tol di Israel menggunakan kamera pencatat .

Speed Trap

Masing2 wilayah punya cara sendiri untuk menghambat laju kendaraan dijalan raya. Kalau di Indo rata2 berupa polisi tidur, dan biasanya banyak terdapat didaerah perumahan/kompleks.
Di India, jalan2 didalam kota kota besar seperti New Delhi, dimana macet juga separah di Jakarta, masih diberi penghalang dimana mana. Tadinya saya pikir ada perbaikan jalan atau kecelakaan, ternyata memang begitu adanya setiap saat, kata sopir taxi yang membawa saya dari Bandara ke hotel di tengah kota.
Penghalangnya berupa dua buah struktur kaki tiga ,dihubungkan dengan palang kayu yang dililit kawat duri mirip barikade jaman perang. Dipasang melintang berjarak sekitar 20 meter dengan posisi bersilangan di jalan. Selalu terdiri dari 3 rintangan. Jadi semua kendaraan mau tidak mau harus slalom ,tidak bisa jalan lurus…akibatnya jalan yang sudah sesak jadi makin penuh dan macet…ditambah klakson mobil dan motor yang bersahut sahutan, lengkap sudah kacaunya suasana di jalan raya.
Tabrakan kecilpun sering terjadi. Tapi tingkah pengendara yang hobby membunyikan klakson boleh ditiru. Tidak pernah keluar sepatahpun caci maki , teriakan atau umpatan dari mulut pengemudi. Motorpun juga banyak yang bersenggolan sampai gubraak…masing2 bangun lagi dan jalan terus, tanpa emosi dan kerubungan orang2 lain.
Diluar kota, jalanan banyak dilalui gerobak besar2 yang mengangkut jerami sampai tinggi, ditarik onta dan berjalan lambat sekali. Itupun tidak membuat pengemudi kendaraan dibelakangnya naik darah, paling2 membunyikan klakson dengan santai. Dan memang umum dibagian belakang gerobak ada tulisan besar2 HORN PLEASE….hehehe…. Selain itu didaerah luar kota juga diperbolehkan kendaraan macam bajay lewat dengan muatan 6 orang termasuk supir didalamnya!!!! Sama2 slalom bareng2 gerobak dan motor bermuatan 4 orang.
Ada speed trap jenis lain, yang saya jumpai dijalan2 highway dari Amman di utara Jordan sampai Adaba dibagian Selatan. Speed trap yang ada disana berupa baja setengah bulat sebesar kepalan tangan, yang ditanam di polisi tidur landai dan lebarnya sampai 1 meter. Jarak pasang besi baja masing2 20 cm berbaris rapih , tersebar merata selebar polisi tidur tadi. Jadi roda kendaraan yang melintas diatasnya bakal gredek gredek gredek dengan irama yang sama tiap2 melindas speed trap itu. Berkendaraan melintas highway King Husein……dari Utara ke Selatan selama 5 jam,dan 5 jam lagi untuk perjalanan kembali membuat saya akrab dengan gredek gredek itu, sampai tidurpun tidak lagi terganggu. Apalagi pada kesempatan itu saya ada didalam taxi charter, Mercedes keluaran terbaru, dengan tempat duduk berjok kulit... nyaman luar biasa.
Saya bertanya untuk apa speed trap begitu banyak dipasang di Highway yang sepi, sedangkan dikanan kiri jalan hanya padang pasir, bukan desa dimana banyak orang lalu lalang. Kadang2 saja terlihat kelompok Bedouin dengan tenda2nya dikejauhan ditengah padang pasir. Rupanya untuk melindungi onta dan ternak yang menyeberang jalan. Onta disana merupakan simbol status, ukuran kaya tidaknya seseorang dari banyaknya onta yang dimiliki. Bahkan untuk melamar seorang gadis, onta adalah mas kawin yang paling tinggi nilainya. Jadi Mercedes yang saya tumpangi tidak ada apa2nya dibanding onta!!
Jalan disana mulus dan mengilap seperti mengandung minyak,sehingga selalu tampak seperti habis disiram hujan, padahal hampir tidak pernah ada hujan.
Speed trap yang saya lihat di sepanjang perjalanan dari Pnom penh sampai Siem Reap berupa polisi tidur kecil kecil sebanyak 2 buah, diantaranya ada besi panjang2 yang ditanam dengan posisi menyerong dengan jarak kira2 30 cm.
Speed trap ini banyak terdapat pada jalan raya antar kota, dimana pada tiap2 mulut jalan desa dipasang sebanyak 2 buah. Efeknya sama yaitu gredek gredek juga, hanya karena saya menumpang bus umum yang muatannya berat, maka tidak terlalu terasa.
Umumnya jalan yang saya lalui di Kamboja ini sempit sempit. Bahkan ada satu ketika bus harus melintasi sungai menggunakan ferry. Itu waktu naik dari perbatasan Vietnam-Kamboja menuju ke Pnom penh ,melintasi sungai Mekong di daerah yang namanya Neak Leoung.

Tidur di Bandara Chile

Buat saya yang sering traveling sendiri, menghemat pengeluaran untuk hotel adalah wajib. Salah satunya dengan cara pilih penerbangan malam supaya bisa tidur dipesawat. Kadang2 kalau jarak terbangnya tidak terlalu jauh, walaupun sudah mengambil pesawat yang paling akhir, tiba ditempat tujuan masih terlalu pagi.
Saat itu saya tiba jam 1.00 pagi di Terminal domestic Bandara Arturo Benintez - Santiago Chile dari Cuzco. Gedung bandaranya modern, bersih, kelihatan masih baru. Sebetulnya saya hanya transit sebelum terbang ke Dallas jam 10 malam. Jadi ada waktu luang 22 jam , yang memang saya atur supaya bisa jalan2 di Santiago seharian . Target saya tidak mau keluar uang untuk hotel.
Saya dapat informasi dari internet bahwa Bandara Santiago punya fasilitas storage untuk bagasi, taripnya USD 10 untuk 24 jam.
Nah begitu keluar dari imigrasi, langsung saya cari storage untuk menyimpan koper. Prosedurnya lancar2 saja. Tidak lupa saya mengeluarkan handuk dan sikat gigi dari koper ke dalam backpack.
Setelah cuci muka dan sikat gigi, mulailah saya mencari tempat untuk istirahat sambil menunggu pagi. Ruang tunggu bandara sepi, dan disatu sudut yang agak sebelah pinggir saya mendapatkan sederet bangku kosong , dimana pada deret deretan didekatnya sudah banyak backpackers yang tidur disana, kurang lebih 20 orang . Persis seperti pengungsi. Segera saja saya ambil posisi tidur berbantalkan backpack , menutup muka dengan topi , dan mulai tidur2 ayam. Tapi pada waktu itu musim gugur, suhu udara lumayan dingin dan bangku deret 4 seater yang saya tiduri itu terbuat dari besi bolong2. Walaupun saya sudah pakai jaket dan shawl , tetap saja dinginnya bangku mengganggu kenyamanan saya, takut masuk angin.
Cepat2 saya kembali ke storage, bongkar koper dan mengambil selimut curian dari pesawat untuk saya gelar diatas bangku besi. Rencananya supaya bisa tidur 2-3 jam, biar nanti jalan2 ke kota sudah segar.
Memang kemudian saya tidak lagi kedinginan, tapi tetap hanya tidur2 ayam, karena saya harus tetap waspada takut kalau passport atau uang saya dicuri orang. Saya tidur menghadap kaca jendela, supaya mudah terbangun kalau sudah terang. Sesekali saya mengintip, semua masih tenang2 tidur ditempat masing2.
Tiba2 saya terbangun pada saat keadaan sudah terang benderang diluar kaca jendela dihadapan saya. Saya membuka mata lebar2, lalu terduduk dengan terkejut menyadari bahwa sekeliling saya sudah penuh dengan calon penumpang yang memenuhi ruang tunggu. Backpackers yang lainnya sudah menghilang. Sambil menahan malu, masih setengah2 limbung saya buru2 membereskan selimut dan langsung ke toilet untuk cuci muka , sikat gigi. Ternyata sudah jam 7 pagi, ooo… saya tidak sanggup membayangkan berapa lama saya jadi tontonan orang2 disitu sementara saya tergeletak tidur berselimut dibangku tunggu, mungkin juga mendengkur.
Setelah itu saya segera mengembalikan selimut beserta peralatan mandi kedalam koper di storage, cari kopi lalu cari bis menuju kekota untuk jalan2 sampai sore nanti.
Sebetulnya bukan sekali itu saya tidur di bandara atau setasiun kereta api, dan banyak juga turis yang menggunakan strategi itu, tapi yang paling memalukan ….di Santiago.

Ketinggalan Pesawat...

Kadang kadang jalan sendiri ada ga enaknya juga kalau lagi ketemu masalah. Apalagi berada jauh di negeri orang, bahkan kadang ditempat asing yang sama sekali belum pernah kita lihat atau injak sebelumnya.
Kejadian yang menimpa saya contohnya, jadi pelajaran yang berharga untuk kemudian hari, bahwa sebaiknya sediakan waktu yang cukup panjang untuk transit pada saat pilih ticket penerbangan.
Kecenderungan saya adalah memilih perjalanan pulang dengan route sekaligus sambung menyambung untuk bisa langsung sampai di tanah air sesegera mungkin setelah jalan jalan berakhir. Pemikiran saya adalah sekaligus capek, sampai dirumah langsung bisa pijit dan bisa tidur sepuasnya.
Waktu itu perjalanan pulang yang saya tempuh adalah dari Dallas,TX ke New York, Istanbul Turki, Singapore – Jakarta. Ada 3x transit yang harus saya tempuh untuk dapat sampai di Cengkareng,dengan 3 penerbangan yang berbeda.
Masalahnya berawal dari antrian didepan counter AA di Dallas, dimana penerbangan domestik pagi itu cuma dilayani oleh 2 orang petugas counter untuk entah berapa banyak jurusan penerbangan sekaligus. Melihat petugas yang tidak bekerja efisien ,saya perhitungkan kira2 butuh 1 jam untuk bisa sampai didepan petugas dan dapat boarding pass. Kalau hanya terbang antar kota saya tidak begitu peduli, masalahnya saya hanya punya waktu 2 jam transit di New York ,untuk beralih ke penerbangan International menuju ke Istanbul.
Jadi saya tidak boleh ketinggalan penerbangan ini. Saya menghormati prosedur antiran, tetapi waktu saya sudah semakin mendesak dan kelihatannya perhitungan saya meleset, melihat waktu yang terus bergerak maju,sementara antrian bergerak maju sangat lambat. Saya masih bersabar sambil memikirkan bahwa setelah ini masih ada antrian check X-ray ,dan kelihatannya saya harus lari ke gate yang saya belum tahu berapa jauhnya dari check point.
Gate tidak bisa kita lihat dari papan petunjuk , karena belum waktunya boarding, tapi berdasarkan pengalaman saya boarding time penerbangan domestik di Amerika rata2 cuma seperempat jam sebelum terbang.
Jadi saya dengan panik mengacungkan tiket ,meneriakkan nomor penerbangan karena waktu tinggal lima belas menit lagi terbang,sedangkan saya belum dapat boarding pass. Akhirnya saya dipersilakan ke meja counter, tapi masalahnya belum selesai. Untuk penerbangan saya, kondisi bagasi sudah closed, sedangkan saya membawa koper yang tidak mungkin masuk cabin,disamping itu masih ada 1 travel bag besar yang rencananya akan saya masukkan bagasi juga. Maklum perjalanan pulang, jadi koper sudah penuh maksimal dengan oleh2 dan barang2 belanjaan . Wah…saya sempat marah2 karena pelayanan yang sangat lambat untuk ukuran penerbangan domestik. Akhirnya ada alternatif penerbangan lain ke New York yang kondisi bagage masih open , 15 menit lebih lambat, tapi mendarat di bandara La Guardia, sedangkan saya seharusnya mendarat di bandara Int’l JFK . Lalu saya tanya berapa jauh dari La Guardia ke JFK, kira2 20 menit pakai taxi. OK, saya setuju…dapat boarding pass, lalu lari ke X-ray check point. Memang pemeriksaan dibandara di Amerika super ketat, penerbangan domestikpun masih digeledah sampai semua barang2 dalam backpack saya dikeluarkan semua. Padahal backpack saya selalu bersih dari barang2 terlarang untuk terbang jaman sekarang, dengan aturan2 yang agak keterlaluan mengenai bawaan barang cair, kosmetik sekalipun.
Lolos dari pemeriksaan itu saya lari ke gate , karena waktu saya sudah berkurang 15 menit untuk lewat gerbang X-ray dan penggeledahan.
Dan akhirnya saya bisa masuk pesawat tepat pada waktunya. Mulai duduk pesawat saya sudah resah, biasanya begitu pintu ditutup,pesawat langsung bergerak menuju runway. Ini diam lama….sampai ada kira2 15 menit masih ditempat,tanpa ada pengumuman apa apa. Kepala saya sudah mulai berdenyut denyut….ini kelihatannya delay, karena waktu itu cuaca memang mendung tebal.
Saya berdoa , sampai amin pesawat belum juga berangkat. Akhirnya setengah jam dari jadwal baru pesawat take off. Berarti waktu saya hanya tersisa 1 jam 15 menit dari mendarat di La Guardia sampai terbang dari JFK. Itu masih cukup waktu kalau transit di bandara yang sama, paling2 harus lari2 lagi …Tapi ini masih harus tunggu bagasi keluar dari pesawat - naik taxi ke bandara JFK – check in –pemeriksaan X-ray (1 kali sebelum imigrasi, satu kali sebelum naik pesawat, yang jauh lebih ketat daripada pemeriksaan penerbangan domestik)- proses imigrasi – dan boarding. Wah…kelihatannya jadwal saya bakal kacau.
Penumpang yang duduk disebelah saya menganjurkan untuk pindah duduk ke depan supaya bisa cepat keluar dari pesawat, dan kemudian memang itu saya lakukan. Penumpang dikursi sebelah saya yang baru, seorang kakek2…menenangkan saya dengan meyakinkan bahwa pesawat lanjutan akan menunggu, setidaknya akan mengalihkan ke pesawat atau penerbangan lain yang sama tujuannya. Ini Amerika, katanya dengan bangga. Dalam hati saya…sok tau ah… saya sudah tau pasti penerbangan New York – Istanbul sangat langka. Ada juga mungkin yang putar2 lewat sana sini dan bisa makan waktu lebih dari 24 jam.
Singkatnya setelah berhasil menembus kemacetan New York, pakai taxi dengan tarip $26 dari La Guardia ke JFK, saya tiba di counter Turkish Airline tepat saat petugas sudah akan meninggalkan counter berhubung pesawat sudah take off…..duhhh!!
Untung mereka masih ada ditempat, sehingga langsung saya diproses untuk bisa terbang ke Istanbul keesokan harinya, sekaligus menggeser penerbangan lanjutan dengan pesawat yang sama untuk ke Singapore tiga hari berikutnya.
Saya juga dapat penginapan di Istanbul atas biaya Turkish Airline berhubung mereka tidak ada jadwal terbang ke Singapore pada hari yang sama. Beruntung juga tiket saya tidak hangus karena kesalahan dari delay penerbangan AA , yang waktu itu masih satu aliansi dengan Turkish Airline.
Berarti diluar rencana saya harus bermalam di New York. Saya akan berusaha meng claim hotel pada AA, tapi lebih dulu saya harus menyimpan koper ke luggage storage supaya saya lebih bebas bergerak mengurus ini itu.
Setelah koper saya titipkan di storage, saya bergegas mencari kantor penerbangan SQ untuk mengganti tanggal penerbangan ke Jakarta. Langsung confirm berhubung waktu itu bukan musim liburan anak2 sekolah, dan tanpa biaya tambahan apapun, padahal tiket saya sebetulnya non–endorsable non-returnable dan non-non lainnya.
Berikutnya saya harus cari counter AA yang bikin rusak jadwal saya, untuk claim hotel malam itu. Counter AA beralasan macam2 menghindar dari tanggung jawab, sampai akhirnya saya terlalu capek untuk bertengkar. Tenaga dan emosi saya sudah terkuras habis untuk mondar mandir . Bayangkan saja kantor penerbangan yang satu dengan yang lain berbeda terminal , didalam kompleks bandara JFK yang begitu luas sehingga harus pakai sky train penghubung antar terminal……gratis, tapi letak stasiunnya dilantai paling atas dari tiap2 bangunan terminal, sehingga saya harus jalan naik turun tangga yang jaraknya lumayan jauh. Pada bulan november, dalam suhu udara sekitar 8 derajat saya masih bisa berkeringat….Akhirnya saya menyerah, beli voucher hotel untuk semalam di New York.
Sebelum ke hotel ,saya terpaksa harus kembali ke storage untuk mengambil perlengkapan mandi, kosmetik, perlengkapan tidur dan tidak lupa perlengkapan minum kopi yaitu kumparan pemanas air dan kopi bubuk serta gula pasir bekal dari tanah air. Itu penting untuk menebus kelelahan saya setengah harian tadi. Semuanya saya masukkan dalam backpack, dan menumpang shuttle bus hotel.
Betul2 bus yang penuh dengan crew dan penumpang transit ,sehingga check in hotelpun masih harus antri panjang. Saya sudah tidak berminat jalan2 ke kota karena hari sudah gelap, lelah dan udara diluar sangat dingin plus hujan rintik2.
Keesokan harinya saya langsung jalan2 ke kota naik subway sampai menjelang waktunya kembali ke airport.
Kali ini tidak boleh telat check in, jadi waktu counter buka saya berada diurutan antri paling depan. Ada lagi urusan menjengkelkan , status saya yang kemarin sudah confirm berubah jadi waiting list nomor satu ,berhubung ada rombongan pejabat pemerintahan Turki yang harus pulang hari itu…. Jadi koper saya disisihkan diujung counter, sampai nanti kalau sudah dapat boarding pass baru koper naik ke conveyor. Tidak heran jalur ini selalu penuh, karena hanya terbang sehari sekali itupun tidak setiap hari, dan penerbangan lain jarang yang punya route ini.
Saat boarding tiba saya mendapat boarding pass. Berarti saya harus lari2 lagi ke gate. Ketika melihat koper saya masih tergeletak diujung counter, saya segera meminta petugas untuk menaikkannya ke conveyor sambil menunjukkan boarding pass ditangan. Tiba tiba petugas counter menarik kembali boarding pass saya berhubung yang punya hak muncul, betul2 berlangsung sekejap, dan pemilik sebenarnya langsung kabur ke antrian pemeriksaan barang. Saya masih berusaha minta upgrade ke business class, tapi tidak ada seat sama sekali. Selain saya masih ada 3 penumpang waiting list lain yang juga batal terbang.
Tiket saya dirubah lagi untuk jadwal besok, sambil minta kepastian status. Katanya Confirm. Kejengkelan mulai timbul ketika tahu bahwa voucher hotel di Istanbul tidak bisa dialihkan ke New York. Berarti malam ini saya harus keluar biaya hotel lagi. Uhhh….. Belum hilang kejengkelan tadi, tiba2 saya sadar bahwa koper saya sudah terbawa masuk conveyor. Astaga……koper saya terbawa terbang ke Istanbul…tidak tertahan langsung saya menangis. Kali ini kesalahan mereka tidak terampuni….spontan perbendaharaan Inggris marah2 saya keluar dengan lancar, hasilnya voucher akomodasi semalam disebuah hotel kecil dekat bandara, berikut airport transfer. Saya tidak perduli hotelnya seperti apa pokoknya saya tidak usah rugi lebih banyak lagi.
Tidak lupa saya mengancam mereka untuk menahan luggage saya di Istanbul, dengan mengirimkan telex , karena tag dikoper saya adalah jurusan Singapore.
Sekarang saya sudah kesusahan di New York tanpa perlengkapan apapun kecuali yang ada di backpack, jangan sampai di Istanbul sengsara lagi karena kopernya terbang ke Singapore.
Saya tunggu mereka memberikan copy telex yang isinya perintah menahan bagasi nomor sekian sekian di Istanbul sampai saya mengambilnya.
Segera setelah menyerahkan copy telex, petugas2 counter serentak kabur, takut saya minta macam macam lagi.
Karena sudah tidak punya koper selain backpack, saya melenggang ke shuttle ‘minibus’ menuju ke hotel gratis yang letaknya dekat airport. Penumpang lainnya hanya 2 orang pilot yang selesai bertugas. Rupanya saya ditempatkan di corporate hotel khusus untuk pilot2 macam2 penerbangan. Lumayan menyenangkan, pemandangan di dining room jadi segar ….isinya pilot muda pilot tua semua gagah dan ganteng2. Pantas para pramugari di pool di hotel lain. Sejenak lupa bahwa saya tidak punya selembar T shirt pun didalam backpack, rupanya masuk ke koper waktu buru2 memindahkan muatan tadi pagi, termasuk peralatan contact lens. Untuk mencari peralatan contact lens malam2 di daerah sepi begitu mana mungkin. Mana hotelnya gaya motel, begitu buka pintu kamar langsung brrr…..dinginnya minta ampun. Untuk ke dining room yang letaknya dibangunan lain saja saya sudah mengerahkan semua perlengkapan yang ada didalam backpack…sweater, shawl, jacket, topi wool. Itupun sesampai di dining room ,pemanas ruangan di dalamnya masih kurang memadai untuk kondisi saya yang lapar berat dan lelah fisik plus mental. Saya makan sekenyang kenyangnya malam itu untuk melawan hawa dingin. Lalu cepat2 saya kembali ke kamar, karena pemanas disana lebih baik dari di ruang makan.
Saya sempat membuat kopi tubruk setelah puas berendam dalam air panas,hasilnya badan jadi segar lagi. Wah…saya lupa mengabari orang rumah tentang keterlambatan pulang ,pasti mereka sudah menunggu seharusnya hari ini saya sudah tiba di Jakarta.
Baru bicara sebentar, batere hape saya keburu habis, setelah cari2 charger di backpack, kecut lagi hati saya…yang ada charger camera!!!! Dingin2 saya terpaksa ke lobby untuk cari internet. Tipis harapan bisa pinjam charger hape, mengingat hape yang dipakai orang2 Amrik model kuno2.
Besok paginya setengah harian saya keliling kota lagi. Perjalanan selanjutnya luar biasa…bebas overweight yang kemarin, dapat business class, priority boarding, diantar sama manager airline sampai ke pesawat…..wah!!! Padahal masih pakai baju kemarin, dandanan seadanya…..cuma pakai bedak compact dan lipstick!!
Sampai di Istanbul dijemput manager on duty , ambil luggage dan diantar ke hotel.