Saturday, March 7, 2009

Hotel murah-Hotel mahal

Hobby jalan jalan membuat saya harus berhati hati memilih hotel untuk akomodasi. Dulu saya selalu memilih hotel bintang 3 keatas,selagi dollar masih rendah. Sekarang saya lebih memilih hotel bintang 3 kebawah atau youth hostel, dengan pertimbangan bisa lebih hemat ongkos. Ternyata saya pikir pikir lebih banyak pengalaman yang aneh2 bisa didapat dari tinggal dihotel hotel kelas turis.
Sekarang lebih bisa bebas memilih hotel dari website. Langsung bisa lihat gedungnya, kamar,lokasi, tarif, dan reservasi sekaligus. Pertama tama saya pilih yang tarifnya rendah, lalu cari lokasi yang di downtown atau tourist hub. Untuk kota kota yang jaringan transportasi umumnya baik,saya pilih dekat setasiun bus/kereta, supaya mudah dan murah kemana-mana.
Suatu ketika saya pernah tinggal dihotel kelas turis di Kathmandu Nepal. Kotanya sendiri termasuk kota kuno. Hotel itu kecil saja, terletak di tourist hub yang namanya Thamel, didaerah yang jalannya kecil seperti gang gang dan berliku liku. Hostel itu berselang seling letaknya dengan toko2 souvenir, agen perjalanan, café, bar juga toko2 yang menjual perlengkapan trekking kelas dunia.
Soal peralatan camping yang dijual ditoko toko itu ada barang baru,ada juga second, bekas pakai pendaki2 Himalaya yang tidak mau repot2 membawa pulang peralatan2nya. Hostel2 disana hampir semua memiliki outdoor resto dihalaman depannya walaupun kecil . Sepintas kalau lewat didepannya seperti café saja, komplit dengan payung2 pelindung. Walaupun jalannya sempit, tapi mobil,motor dan sepeda, bahkan riksha (becak dengan pengendara didepan) berebutan melewati jalan2 itu sambil membunyikan klakson tak putus putus,dan ngebut….dan sampai malam masih begitu suasananya. Semua yang berkeliaran disana adalah turis barat dan amerika, jarang terlihat turis asia kecuali saya. Menyenangkan jalan2 disekitar hotel, tapi harus sering2 loncat kedalam kios terdekat bila tiba2 ada motor lewat dengan klakson yang mengagetkan dipunggung.
Ada lagi pengalaman tinggal dipenginapan yang sangat sederhana..waktu saya keliling di Tibet.,dikota Xigatse. Kota itu terpencil ,lebih tepat disebut desa dan terletak diketinggian 3500m. Penginapan saya itu mirip seperti asrama susteran, atau mungkin bekas tangsi militer. dengan kamar2 mengelilingi lapangan terbuka ditengah tengah. Jumlah kamarnya banyak, dan masing2 kamar berisi 4 tempat tidur single diletakkan merapat kedinding. Sewanya per tempat tidur. Jadi saya harus berbagi kamar dengan 3 orang lainnya. Pintunya dari kayu papan seperti pintu kandang/gudang, tidak bisa dikunci, hanya ada grendel dari dalam, dan overval dari luar. Toilet ada diujung deretan kamar2 itu, hanya ada 2 buah satu pria satu untuk wanita, berupa ruangan besar disekat jadi 3 bagian masing2 punya closet jongkok dan keran, dengan pemisah tembok setinggi dada tanpa pintu. Pokoknya ya seperti itu kondisinya. Kalau mau mandi ya disitu, tapi kelihatannya walaupun penginapan itu penuh dengan turis semua, tidak ada seorangpun yang mandi, karena udara yang dingin sekali, disamping tidak ada air panas juga ketinggian tempat itu sudah menjadikan orang susah bergerak dan bernafas apalagi mandi. Bahkan untuk sikat gigi saja saya harus merendam odol dalam air yang saya masak digayung pakai spiral pemanas, karena odolnya beku. Karena letak wastafel berderet deret jadi satu, maka pagi2 terjadi antrian untuk memakai wastafel yang airnya seperti air es, untuk cuci muka dan sikat gigi. Sama sekali tidak ada yang mandi.
Mau tahu kamar tidurnya? Tanpa ventilasi dan penghangat ruangan. Tempat tidurnya dari kayu sederhana dengan kasur selapis ditambah selimut setebal kasur untuk masing2 orang. Selimut itu beratnya minta ampun, perasaan saya hampir seberat kasurnya ,tapi hangat dan saya bisa tidur pulas karena tipisnya oksigen diketinggian itu membuat orang gampang sekali lelah dan merasa mengantuk.
Hotel paling murah dan bagus yang pernah saya tinggali adalah di Chengdu China. Dapat dari internet, lokasinya bagus, dekat setasiun kereta api dimana saya akan tiba dikota itu pakai kereta api dari Lhasa.
Kebetulan saya dapat teman orang Canada yang kenal di kereta, dan dia saya ajak bareng berhubung dia belum booking hotel. Ternyata berbekal alamat dan nomor telpon hotel saja tidak cukup untuk petualangan di Cina. Peta lokasi yang sudah saya siapkan ketinggalan, jadi hanya berbekal reservation sheet . Untuk antisipasi kesasar, saya sudah minta bantuan petugas gerbong kereta api untuk menuliskan nama dan alamat hotel dalam aksara kanji. Entah alamatnya memang kacau, atau petugas kereta api itu salah menterjemahkan, yang jelas saya dan Rosemarie teman Kanada itu sampai merasa lelah dan jengkel karena semua orang yang ditanya hanya menggeleng. Akhirnya setelah menyeret2 koper kesana sini mengitari setasiun kereta ketemu juga hotel itu. Kamarnya luas, lantainya parket masih baru. Dinding shower areanya dari kaca tempered bulat adanya ditengah2 ruangan. Closet ada dipinggir, dibatasi dengan kaca tempered juga. Taripnya dibawah USD 50 semalam.. itu terhitung murah. Masalahnya belum selesai sampai disitu. Reception hotel shift pagi maupun malam tidak ada yang bisa berbahasa Inggris. Aduh…. Hotel murah, bagus tapi masih juga ada kurangnya.

No comments:

Post a Comment